
www.5barner.com – Di tengah krisis iklim global, banyak industri mulai mengadopsi teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) sebagai solusi pengurangan emisi karbon. Teknologi ini dirancang untuk menangkap CO₂ dari sumber industri—seperti pembangkit listrik dan pabrik kimia—lalu menyimpannya di bawah tanah agar tidak masuk ke atmosfer. Secara teori, ini terdengar seperti jawaban atas salah satu masalah lingkungan terbesar saat ini.
Namun di balik kemegahan teknologinya, muncul pertanyaan besar: Apakah CCS benar-benar solusi iklim berkelanjutan, atau hanya taktik greenwashing dari perusahaan besar untuk mempertahankan bisnis berbasis bahan bakar fosil? Artikel ini akan membahas kedua sisi dari teknologi ini: potensi nyata dan kritik tajam yang menyertainya.
Bagaimana Teknologi Carbon Capture Bekerja?
Teknologi CCS melibatkan tiga tahap utama:
- Penangkapan Karbon (Capture): CO₂ diambil dari proses industri atau pembakaran sebelum dilepaskan ke udara, menggunakan metode kimia atau fisik.
- Transportasi: Karbon cair yang ditangkap dikirim melalui pipa atau truk ke lokasi penyimpanan.
- Penyimpanan (Storage): CO₂ disuntikkan ke dalam formasi geologis dalam tanah, seperti ladang minyak kosong atau akuifer dalam.
Beberapa proyek bahkan mencoba menggunakan kembali CO₂ untuk produk industri, dikenal sebagai CCU (Carbon Capture and Utilization).
Solusi Iklim atau Ilusi Hijau?
Pendukung CCS menyatakan bahwa teknologi ini penting sebagai jembatan menuju transisi energi bersih, terutama di sektor yang sulit didekarbonisasi. CCS juga membantu mengurangi emisi sembari menunggu adopsi luas energi terbarukan. Beberapa proyek seperti Norway’s Northern Lights atau Canada’s Quest Project dianggap sukses menyimpan jutaan ton CO₂.
Namun kritik datang dari aktivis lingkungan dan ilmuwan iklim. Mereka menilai:
- CCS mahal dan belum terbukti efektif dalam skala global.
- Teknologi ini memberi “alasan moral” bagi industri fosil untuk terus beroperasi.
- Potensi kebocoran gas di masa depan masih jadi ancaman.
- Sumber daya dan investasi seharusnya difokuskan pada solusi yang lebih bersih, seperti energi surya dan angin.
Dengan kata lain, ada kekhawatiran bahwa CCS bukanlah solusi transformatif, tetapi hanya alat pemasaran hijau (greenwashing) yang menunda aksi nyata.
Kesimpulan: Jalan Tengah atau Jalan Pintas?
Teknologi carbon capture RAJA 99 menawarkan potensi besar, tapi juga menyimpan kontroversi mendalam. Di satu sisi, ia bisa menjadi bagian dari solusi sementara menghadapi darurat iklim. Di sisi lain, jika disalahgunakan, CCS bisa menjadi penghalang dalam upaya beralih ke energi bersih yang sesungguhnya. Oleh karena itu, transparansi, regulasi ketat, dan niat baik industri sangat penting agar teknologi ini tidak berubah menjadi sekadar kedok hijau demi citra perusahaan.